0 Metalurgi Masa Prasejarah
Metalurgi adalah ilmu, seni, dan teknologi yang mengkaji proses pengolahan dan perekayasaan mineral dan logam. Ruang lingkup metalurgi meliputi: pengolahan mineral, ekstraksi logam dari konsentrat mineral, proses produksi logam, hingga perekayasaan sifat fisik logam. Sejarah ilmu metalurgi diawali dengan teknologi pengolahan hasil pertambangan. Logam yang paling dini digunakan oleh manusia tampaknya adalah emas, yang bisa ditemukan secara bebas. Sejumlah kecil emas telah ditemukan telah digunakan di gua-gua di Spanyol pada masa Paleolitikum, sekitar 40.000 SM. Perak, tembaga, timah dan besi meteor juga dapat ditemukan bebas, dan memungkinkan pengerjaan logam dalam jumlah terbatas. Senjata Mesir yang dibuat dari besi meteor pada sekitar 3000 SM sangat dihargai sebagai "belati dari langit”. Dengan pengetahuan untuk mendapatkan tembaga dan timah dengan memanaskan bebatuan, serta mengombinasikan tembaga dan timah untuk mendapatkan logam paduan yang dinamakan sebagai perunggu, teknologi metalurgi dimulai sekitar tahun 3500 SM pada masa Zaman Perunggu.
Ekstraksi besi dari bijihnya ke dalam logam yang dapat diolah jauh lebih sulit. Proses ini tampaknya telah diciptakan oleh orang-orang Hittit pada sekitar 1200 SM, pada awalZaman Besi. Rahasia ekstraksi dan pengolahan besi adalah faktor kunci dalam keberhasilan orang-orang Filistin. Perkembangan historis metalurgi besi dapat ditemukan dalam berbagai budaya dan peradaban lampau. Ini mencakup kerajaan dan imperium kuno dan abad pertengahan di Timur Tengah dan Timur Dekat, Mesir kuno, dan Anatolia (Turki sekarang), Kartago, Yunani, Romawi kuno, Eropa abad pertengahan, Cina kuno dan pertengahan, India kuno dan pertengahan, Jepang kuno dan pertengahan, dan sebagainya. Pada perjalanannya, banyak penerapan, praktik dan perkakas metalurgi mungkin sudah digunakan di Cina kuno sebelum orang-orang Eropa menguasainya (seperti tanur, besi cor, baja, dan lain-lain).
Di Indonesia, penerapan ilmu-ilmu metalurgi dimulai sejak 500SM di masa Prasejarah, tepatnya pada Zaman Logam (setelah Zaman Batu). Pada zaman logam, masyarakat diketahui telah mampu membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Alat-alat ini pada kehidupan sehari-hari digunakan oleh masyarakat untuk bercocok tanam, namun bisa juga digunakan sebagai senjata. Masa ini dikenal juga dengan masa perundagian dimana terdapat golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan (dalam pengolahan logam tersebut).
Teknik yang digunakan untuk membuat alat-alat tersebut adalah teknik melebur logam bivalve dan a cire perdue. Teknik bivalve menggunakan cetakan yang ditangkupkan dan dapat dibuka, sehingga setelah dingin cetakan tersebut dapat dibuka, maka keluarlah benda yang dikehendaki. Cetakan tersebut terbuat dari batu ataupun kayu. Sedangkan teknik a cire perdue menggunakan lilin untuk membuat benda yang kita inginkan. Caranya adalah dengan membuat model dari lilin yang kemudian ditutup dengan menggunakan tanah, lalu dilubangi dari atas dan bawah. Setelah itu dibakar, sehingga lilin yang terbungkus dengan tanah akan mencair, dan keluar melalui lubang bagian bawah. Untuk selanjutnya melalui lubang bagian atas dimasukkan cairan logam, dan apabila sudah dingin, cetakan tersebut dipecah sehingga keluarlah benda yang dikehendaki.
Secara umum, zaman logam di Indonesia dapat dibagi menjadi dua: zaman perunggu, dan zaman besi. Pada zaman perunggu, manusia sudah dapat mencampur tembaga dan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam campuran yang lebih keras daripada logam tembaga ataupun timah itu sendiri. Alat-alat peninggalan zaman ini berupa kapak corong, nekara perunggu, bejana perunggu, arca perunggu, candrasa, hingga perhiasan. Pada zaman besi, manusia dapat melebur besi dari bijihnya dengan menggunakan suhu sangat tinggi, yaitu ±3500°C. Alat-alat peninggalan zaman ini berupa kapak sabit, cangkul, pedang, pisau, tongkat, tembilang, dll. Pada zaman prasejarah, zaman perunggu lebih dominan daripada zaman besi karena zaman besi lebih banyak muncul pada zaman sejarah Indonesia, sehingga zaman prasejarah Indonesia dikenal juga dengan sebutan zaman perunggu.
Dewasa ini, telah ditemukan berbagai bentuk bukti lain dari penerapan ilmu metalurgi pada zaman prasejarah Indonesia. Pada Maret 2013, ditemukan logam purba yang diketahui mengandung besi dan oksigen (dominan), juga sedikit silika, aluminium, dan karbon, yang ditemukan di situs Gunung Padang, Sumatra Barat. Logam ini lebih lanjut diketahui berusia lebih dari 11.500 tahun, dan memiliki rongga-rongga pada bagian permukaannya. Rongga-rongga ini diduga merupakan fenomena yang terjadi selama pembakaran/pengolahan logam dengan menggunakan suhu sangat tinggi sehingga terjadi penguapan gas-gas yang tidak diperlukan, seperti karbon dioksida, dari dalam logam hingga akhirnya membentuk rongga-rongga pada permukaan logam tersebut. Di samping penemuan logam purba ini, juga ditemukan semen purba yang dapat merekatkan logam-logam purba tersebut untuk proses pembuatan bangunan atau semacamnya. (rkf)
Diolah dari:
-wikipedia.org
-slideshare.net/DwiKusumo/zaman-logam
-teknologi.news.viva.co.id
-sunny-or-rainy.blogspot.com
0 Wanita dan Metalurgi
Emas
merupakan benda yang banyak disukai oleh kaum hawa. Emas banyak digunakan oleh
para wanita sebagai aksesoris dalam bentuk perhiasan. Sebenarnya perhiasan
tersebut merupakan campuran emas dengan logam lain. Hal tersebut disebabkan
jika emas 24 karat digunakan untuk perhiasan, maka perhiasannya akan lembek
sehingga tidak dapat dipakai. Banyak kaum hawa yang mengagung-agungkan benda ini, karena ereka
merasa lebih percaya diri jika memakainya. Tidak jarang, emas ini dijadikan
barang investasi. Pasalnya harga emas setiap tahun selalu naik.
Selain digunakan untuk perhiasan,
emas juga dapat digunakan untuk bebagai macam keperluan, antara lain:
- Berperan penting dalam pembuatan komputer,
alat komunikasi, kapal angkasa, enjin pesawat jet, kapal terbang,
dan hasil pengeluaran yang lain.
- Dalam pembuatan lapisan nipis
elektroplat pada permukaan penyambung elektrik untuk memastikan
penyambungan yang baik.
- Bahan pengisi gigi.
- Kegunaan perubatan dan biologi
(kaji hayat).
- Pengecatan emas pada seramik sebelum
seramik dibakar.
- Fotografi untuk
memberi ton kepada imej perak.
- Dinatrium aurothiomalate digunakan
dalam rawatan artritis rheumatoid
(diberikan secara suntikan intra-otot).
- Isotop emas Au-198, digunakan dalam
rawatan barah dan rawatan
lain-lain penyakit.
- Emas digunakan sebagai bahan
penyalutan untuk membolehkan bahan biologi diperhatikan di bawah mikroskop elektron imbasan.
- Medali dalam sebuah pertandingan.
- Comminution/Kominusi
Kominusi adalah proses reduksi ukuran dari ore agar mineral berharga yang mengandung emas dengan tujuan untuk membebaskan ( meliberasi ) mineral emas dari mineral-mineral lain yang terkandung dalam batuan induk.
Ø Refractory
ore processing
Ø Crushing
Ø Grinding
Ø Milling
- Concentration/separation
Setelah ukuran bijih diperkecil, proses selanjutnya dilakukan proses konsentrasi dengan memisahkan mineral emas dari mineral pengotornya. Pada endapan emas aluvial, bijih hasil penggalian langsung memasuki tahap ini tanpa tahap kominusi terlebih dahulu.
Konsentrasi / separasi dengan
metode gravitasi memanfaatkan perbedaan massa jenis emas ( 19.3 ton/m3 ) dengan
massa jenis mineral lain dalam batuan ( yang umumnya berkisar 2,6 hingga 2.8
ton/m3 ). Metode gravitasi akan efektif bila dilakukan pada material dengan
diameter yang sama/seragam, karena pada perbedaan diameter yang besar perilaku
material ringan (massa jenis kecil) akan sama dengan material berat ( massa
jenis besar ) dengan diameter kecil. Oleh karena itu dibutuhkan proses Screening and Classifying. Grizzlies,
non moved screens
ü Vibrating
screen
ü Spiral
classifier
Pada proses ini menjadi sangat
penting untuk dilakukan dengan baik, sebab dengan memilah ukuran bijih hasil
kominusi akan menyeragamkan besaran umpan (feeding size) ke proses konsentrasi. Sedangkan bijih yang masih belum
seragam (lebih besar) hasil pemilahan dikembalikan ke proses sebelumnya yaitu
kominusi. Alat-alatnya berupa spanning, sluice box dan spiral concentrator.
Pemisahan pencairan (liquation
separation), adalah proses pemisahan yang dilakukan dengan cara memanaskan
mineral di atas titik leleh logam, sehingga cairan logam akan terpisahkan dari
pengotor. Yang menjadi dasar untuk proses pemisahan metode ini, yaitu
ü Density
( berat jenis
ü Melting
point ( titik cair )
Ø Magnetic Separation
Pemisahan magnetik ( magnetic
separation ), adalah proses pemisahan dengan dasar apabila mineral memiliki
sifat feromagnetik. Teknik kerjanya adalah dengan mengalirkan serbuk mineral
secara vertikal terhadap medan magnet yang bergerak secara horizontal. Dengan
demikian materi yang tidak tertarik magnet akan terpisahkan dari materi yang
memiliki sifat feromagnetik.
Pemisahan pengapungan (Froth
Flotation) yaitu proses pemisahan mineral menjadi bijih dari pengotor
dengan cara mengapungkan bijih ke permukaan melalui pengikatan dengan buih
dengan menggunakan bahan kimia tertentu dan udara. Selain pemisahan bijih emas,
prosess ini banyak dipakai untuk beberapa bijih seperti Cu, Pb, Zn, Ag,
dan Ni.
Teknik pengerjaannya dilakukan
dengan cara menghembuskan udara ke dalam butiran mineral halus (telah
mengalami proses crushing) yang dicampur dengan air dan zat pembuih. Butiran
mineral halus akan terbawa gelembung udara ke permukaan, sehingga terpisahkan
dengan materi pengotor (gangue) yang tinggal dalam air (tertinggal pada bagian
bawah tank penampung). Pengikatan butiran bijih akan semakin efektif apabila
ditambahkan suatu zat collector.
Amalgamasi adalah proses
penyelaputan partikel emas oleh air raksa / merkuri dan
membentuk amalgam (Au – Hg). Amalgam adalah sebuah kombinasi atau campuran air
raksa dengan logam lain atau dengan alloy. Merkuri akan membentuk amalgam
dengan semua logam kecuali besi dan platina.
Proses amalgamasi merupakan
proses kimia fisika, apabila amalgamnya dipanaskan, maka akan terurai menjadi
elemen-elemen yaitu air raksa dan bullion emas. Amalgam dapat terurai
dengan pemanasan di dalam sebuah retort, air raksanya akan menguap dan dapat
diperoleh kembali dari kondensasi uap air raksa tersebut. Sementara Au-Ag tetap
tertinggal di dalam retort sebagai logam
Leaching
Sianida adalah
proses pelindian selektif oleh sianida dimana hanya logam-logam tertentu yang
dapat larut, misalnya Au, Ag, Cu, Zn, Cd, Co dan lain-lain. Proses pengolahan emas dengan sianida terdiri
dari dua tahap penting, yaitu proses pelarutan / pelindian ( leaching ) dan
proses pemisahan emas ( recovery ) dari larutan kaya. Pelarut yang biasa
digunakan dalam proses cyanidasi adalah Sodium
Cyanide ( NaCN ), Potassium Cyanide ( KCN ) , Calcium Cyanide [Ca(CN)2 ], atau Ammonium Cyanide ( NH4CN ). Pelarut yang
paling sering digunakan adalah NaCN, karena mampu melarutkan emas lebih baik
dari pelarut lainnya.
Walaupun penggunaan metode ini sama
halnya dengan metode ekstraksi yang lain yang masih memiliki potensi dampak
berupa efek beracunnya bagi pekerja dan lingkungan, ekstraksi emas dengan menggunakan
metode leaching sianida saat ini telah menjadi proses utama ekstraksi emas
dalam skala industri, karena metode ini menawarkan tehnologi yang lebih efektif
dan efisien, antara lain adalah :
Pelindian
emas dengan cara menyiramkan larutan sianida dengan menggunakan sprinkler padatumpukan batuan emas ( diameter bijih < 10 cm ) yang sudah
dicampur dengan batu kapur.
ü Agitated tank leaching (
pelindian adukan )
Pelindian emas yang dilakukan dengan cara
mengaduk bijih emas yang sudah dicampur dengan batu kapur dengan larutan sianida pada suatu tangki
dan diaerasi dengan gelembung udara.
Pelindian
emas yang dilakukan dengan cara merendam bijih emas ( diameter bijih < 5 cm
) yang sudah dicampur dengan batu kapur dengan larutan sianida pada bak kedap.
- Refinning/ Pemurnian
Refining, yaitu melakukan pengolahan logam kotor melalui proses kimia agar diperoleh tingkat kemurnian tinggi.
Ø Smelting
Ø Size Reduction
Mereduksi
dore bullion (Au-Ag alloy) yang masih berukuran besar menjadi butiran-butiran kecil, sebelum diproses ke
tahap parting.
Ø Parting
Ø Aqua Regia
Pengujian
adanya emas dari batuan
Setelah mengalami beberapa proses diatas, emas
murni tersebut akan di padu dengan logam lain. Hal tersebut bertujuan agar emas
yang sifatnya lembek dapat dipakai, seperti perhiasan gelang, kalung, cincin,
dll. Lalu emas paduan tersebut dibentuk sesuai keinginan. Itulah salah satu
peran metallurgist yang mungkin kurang disadari di mata masyarakat, tanpa
adanya metallurgist, para wanita tidak akan pernah memakai logam yang berharga
ini.
sumber: dept. akademik & keprofesian IMMG
0 Baksos: IMMG Peduli, IMMG Berbakti, IMMG Empati
Rangkaian acara bakti sosial telah selesai digelar Ikatan Mahasiswa Metalurgi beberapa waktu yang lalu. Acara ini merupakan bakti sosial pertama yang diadakan IMMG sepanjang keberjalanan himpunan. Bakti Sosial dengan tagline: IMMG Peduli, Berbakti dan Empati ini diadakan di sekolah luar biasa YPLB Cipaganti Bandung pada 31 Januari 2015.
Adapun Baksos IMMG dibagi menjadi 2 acara besar, yaitu IMMG Berbagi dan Sekolah Ceria. Fokus utama IMMG Berbagi yaitu pembangunan tempat penampungan sampah dan pembagian buku-buku pelajaran serta P3K. Sementara Sekolah Ceria dilangsungkan pada Sabtu, 31 Januari 2015 di YPLB dengan acara berbagi kebahagiaan melalui senam sehat, lomba mewarnai, berkebun, menyanyi, main, dan makan bersama.
Acara Sekolah Ceria dimulai pagi hari dengan senam sehat bersama dipimpin teman-teman dari teknik metalurgi. Kemudian ada sambutan dari ketua acara bakti sosial IMMG, yaitu Siti Munawaroh, sekaligus membuka rangkaian acara pada hari itu. Setelah itu acara dilanjutkan di dalam rungan sekolah yaitu lomba mewarnai. Acara ini diikuti para murid YPLB dengan penuh antusias dengan kesenangan.
Setelah lomba mewarnai selesai, acara dilanjutkan dengan berkebun dan menanam tanaman bersama.
Setelah istirahat, maka tiba saatnya diumumkan pemenang dari lomba mewarnai yang diadakan sebelumnya.
Kemudian acara dilanjutkan dengan makan siang dan bermain bersama dengan seluruh murid YPLB dan teman-teman IMMG.
Rangkaian acara ini berlangsung hingga sore hari. Kegembiraan terpancar dari seluruh peserta dan teman-teman dari IMMG yang antusias memeriahkan acara ini. Harapannya acara bakti sosial ini dapat terselenggara lagi hingga tahun-tahun mendatang pada kepengurusan IMMG selanjutnya.
courtesy of: divisi pubdok baksos
0 FTTM Meraih Juara 2 Stand Pameran Karya EMINEX 2014
Pada tanggal 8 November 2014 lalu telah diselenggarakan acara
pameran karya EMINEX 2014. Di acara ini IMMG mengirimkan 2 tim yaitu tim Aluminium
Juara dan tim Metalografi. Tim Aluminium Juara beranggotakan Iqbal Pratama Abdi
Zay, Fahri Risfa Zulfi dan Alfred Gurning. Tim ini mengirimkan karya berupa
paper yang membahas mengenai proses daur ulang scrap aluminium. Tim Metalografi beranggotakan Siti Munawaroh, Tomy
Prasetya dan Muhammad Rizki. Tim ini mengirimkan karya berupa analisa
metalografi logam hasil pengelasan. Pada acara ini tim lomba dan massa IMMG
menjelaskan kepada para pengunjung mengenai karya yang telah dihasilkan. Selain
itu, massa IMMG pun menjelaskan mengenai teknik metalurgi itu sendiri meliputi
pengolahan bahan galian, metalurgi ekstraksi dan metalurgi fisik.
Karya tim aluminium juara menjelaskan proses daur ulang scrap aluminium. Prosesnya dimulai dari
pengumpulan scrap aluminium. Scrap aluminium yang telah terkumpul
kemudian dipisahkan pada tahap separation
and pre-melting. Scrap aluminium
yang telah dipisahkan dari material lainnya dan dikumpulkan berdasarkan seri
kemudian dilebur di dalam tanur. Tahap ini disebut melting. Tahap yang terakhir adalah inclusion removal. Pada tahap ini inklusi yang terdapat di dalam
lelehan aluminium dipisahkan dengan cara mengendapkannya di dasar tanur. Cara
lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengalirkan gas inert seperti argon
atau nitrogen. Pada proses ini, inklusi akan naik ke permukaan dan dilepaskan
ke udara atau berkumpul di terak.
Karya tim metalografi menjelaskan tentang tahapan dan hasil
analisa logam hasil pengelasan. Tahapan metalografi adalah pemotongan spesimen,
mounting, pengamplasan, pemolesan,
etsa dan analisa struktur mikro. Spesimen yang berukuran besar dipotong menjadi
bagian yang lebih kecl supaya lebih mudah di-mounting. Spesimen yang telah dipotong kemudian di-mounting. Mounting dilakukan supaya
spesimen lebih mudah untuk diamplas. Spesimen kemudian diamplas dan dipoles. Setelah
permukaan logam terlihat mengkilap kemudian spesimen dietsa untuk mempermudah
analisa struktur mikro. Larutan etsa yang digunakan adalah HNO3 dan
CuSO4. Spesimen yang telah dietsa kemudian dianalisa struktur
mikronya menggunakan Scanning Electron Microscope
(SEM). Hasil analisa struktur mikro menunjukkan fasa yang terdapat di dalam
logam dan kekerasannya.
Pada pameran karya ini, stand IMMG terletak di parkiran
labtek VIII di sebelah stand Patra. Stand dibuka mulai dari pukul 10:00 sampai
16:00. Stand IMMG ini ramai didatangi oleh pengunjung mulai dari mahasiswa ITB
berbagai jurusan seperti teknik lingkungan, teknik lingkungan, desain produk,
teknik material dan teknik perminyakan, siswa SMA dan masyarakat umum. Total
pengunjung stand mencapai 72 orang. Pada
malam harinya sekitar pukul 22:00 diumumkan bahwa FTTM (terdiri dari 2 himpunan
yang mengikuti pameran karya yaitu IMMG dan Patra) mendapatkan juara 2 stand
untuk pameran karya EMINEX 2014.
(ditulis oleh Iqbal Pratama Abdi Zay)
(ditulis oleh Iqbal Pratama Abdi Zay)
Langganan:
Postingan (Atom)